Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Jumat, November 28, 2008

Sepi Lagi Kawan

Sepi lagi kawan. Seperti kemarin
Hanya ada asbak. Abu yang mulai penuh
Tanah yang belum kering. Dan meja kayu yang berdebu

Kemana saja kalian? Aku sendiri sekarang
Di luar bising. Di dalam hening

Amben bambu yang kita buat. Mulai rapuh dimakan air
Neon merah yang kita beli. Mulai pudar berganti kuning
Tidakkah kalian lihat??

Aku sendiri sekarang. Ini batang rokok terakhir
Laron-laron beterbangan di atas kepala. Menghinggapi lampu yang meredup
Kemana saja kalian?

Pinjamkan Aku MataMu

Aku ingin meminjam mataMu,
sehari saja.

Agar dapat kulihat duniaMu,
dan menjadikannya duniaku,
juga.

Minggu, November 23, 2008

Matematika Yang Berseliweran Di Lampu Merah

Di sini aku belajar matematika:
Lewat gemerincing koin di plastik permen,
di genggaman anak-anak yang berlalu lalang
di bawah angka-angka yang bergerak mundur.

Di sudut yang lain, orang-orang tua: entah orangtua siapa. Kaukah? Menghitung hasil perasan keringat mereka.

Di sini kita belajar matematika:
Dari uang ratusan ribu yang tersimpan,
di dompet yang terselip rapi
dalam celana mahal yang dibeli oleh rengekan.

Di samping kotak-kotak beroda yang berhenti berpacu, seorang pemuda berteriak menawarkan koran. Koran itu memuat gambar orang tua. Judul beritanya: "Si Fulan Tersangkut Korupsi Anu, Kejaksaan Masih Mencari Bukti Baru".

Orang tua itu, orangtua kaukah?

Sabtu, November 22, 2008

Kau Tahu Mengapa Aku Mencintai Malam?

: Megan

1

Karena ketika malam:
asa yang koyak,
dan jenuh yang pekat,
sejenak padam dirajam diam.

2

Karena ketika malam:
dingin yang selaksa,
dan gigil yang sejuta,
sekonyong lebur menyatu kelam.

3

Karena ketika malam:
rindu yang redam,
dan masa-masa yang hilang,
bangkit menyaru tetes-tetes hujan.

4

Karena ketika malam:
jejak-jejak kopi yang pernah kulukis di lehermu,
serta di buku-buku jarimu,
selalu membayang di kain putih yang tersorot lampu.

Rabu, November 19, 2008

Jejak Kopi Yang Kulukiskan Di Lehermu

Di warung kopi ini kau menjelma ingatan,
menyatu debu kursi kayu lapuk,
membayang tiang bambu apus,
pun menggelantung atap-atap rumbia.

Dulu, cangkir kita saling beradu,
berebut tempat dengan asbak abu.
Masihkah kau ingat sayang?

Jejak-jejak kopi kita bawa pulang,
kulukis di lehermu yang jenjang,
kupagut di bibirmu yang pilu.

Ingatkah kau, sayang??

Senin, November 17, 2008

Bolehkah Aku Menitip Bangkai?

Bolehkah aku titipkan bangkai?
Bangkai seorang tua,
tak berbaju,
tapi lumpur menutupi kelaminnya.

Bolehkah aku titipkan bangkai?
Bangkai seekor tuan,
belum dikremasi,
tapi tak berbau lagi.

Bolehkah aku titipkan bangkai?
Bangkai Tuhan,
aku dapat dari surau,
sedang meratapi mimbar.

Jumat, November 14, 2008

Dua Menjadi Satu

Kita, adalah sebuah rangkap yang dipisahkan bingkai.

Aku adalah engkau, kau adalah aku.
Engkau bayanganku, aku bayanganmu.

Pertemuan

Aku bertemu kau,
diriku yang lain,
di bawah langit hitam,
dan juntaian benang,
yang kelap-kelip,
seperti kunang-kunang.

Orang-orang bergumam,
mengeluarkan suara
pantai, gunung, sabana.

Sementara,
aku, kau, sibuk dengan gumaman kita sendiri.

Euforia,
riang mencermati kalimatmu,
bahkan sedari pertama,
tentang aku, engkau, mereka, atau orang-orang yang bergumam,
mengeluarkan suara seperti pantai, gunung, sabana.

Hening,
aku telah lupa perjumpaan kita,
padahal baru saja,
dan aku bereuforia.

Ah, aku (hanya) ingat satu kalimat (tanya) mu:
"HERAN, KENAPA BANYAK ORANG-ORANG SAKIT?"